Populasi dan sampel adalah salah satu bagian penting dalam penelitian yang harus ditentukan sejak awal. Dengan penentuan jenis objek penelitian ini, kita bisa menentukan metode penelitian yang lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Di Indonesia sendiri, sampel dan populasi memiliki peran tersendiri dalam setiap penelitian. BPS selaku pelaksana penyedia statistik dasar menggunakan keduanya dalam penyediaan data.
Hanya saja, pertimbangan penggunaan populasi dan sampel tersendiri tentu memiliki dasar metodologi yang kuat.
Apa itu Populasi?
Populasi merupakan kelompok, kumpulan, atau himpunan dari keseluruhan objek yang akan kita teliti.
Nilai yang dihitung dan diperoleh dari populasi ini disebut dengan parameter.
Pendataan berbasis populasi sebenarnya sudah dimulai sejak lama, bahkan sejak zaman penjajahan dahulu.
Inggris dan Belanda sudah memulai pendataan lengkap terhadap penduduk dengan mengumpulkan berbagai data seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, pekerjaan, dll yang akan digunakan dalam perencanaan pembangunan.
Apa itu Sampel?
Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik mirip dengan populasi itu sendiri.
Nilai yang dihitung dan diperoleh dari sampel inilah yang disebut dengan statistik.
Dalam proses pemilihan sampel, tentunya harus mengacu kepada kaidah-kaidah metode penarikan sampel agar menghasilkan statistik yang tidak bias.
Perbedaan Populasi dan Sampel Dalam Estimasi
Dalam penggunaan sampel, ada 2 jenis error yang biasa kita ketahui.
1. Sampling error, merupakan jenis error yang terjadi karena kesalahan dalam metode pengambilan sampel itu sendiri.
2. Non sampling error, merupakan jenis error yang terjadi karena kesalahan di luar metode pengambilan sampel. Contoh dari non sampling error ini adalah human error (kesalahan yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja oleh manusia.
Dengan menggunakan sampel, maka peneliti harus hati-hati dalam mengelola sampling error. Dalam proses pemilihan sampel, hendaknya karakteristik dan kondisi penelitian benar-benar dipahami sehingga kesalahan ini bisa ditekan sekecil mungkin.
Dengan sampling error yang kecil, maka tentunya nilai statistik yang dihasilkan akan mendekati parameter atau nilai yang sebenarnya.
Berbeda dengan sampel, pada penelitian dengan objek populasi sangat rawan dengan non sampling error, terutama human error.
Sampling error pada populasi seharusnya adalah nol dikarenakan tidak mungkin ada kesalahan dalam pemilihan objek penelitian. Hal ini dikarenakan semua objek didata secara lengkap.
Namun, pendataan populasi sangat rawan dengan human error yang mungkin saja terjadi dalam proses pengumpulan data.
Contoh non sampling error ini adalah, adanya petugas pendataan yang kurang teliti dalam pengumpulan data sehingga ada pertanyaan yang terlewat. Hal ini bisa jadi dikarenakan sangat beratnya beban peneliti sehingga menguras konsentrasi dan menyebabkan terjadinya kesalahan secara tidak sengaja.
Contoh Penggunaan Populasi dan Sampel
Anggaplah kita memiliki data 30 siswa dengan tinggi badan sebagai berikut.
Berdasarkan data di atas, parameter tinggi badan siswa adalah 158.3. Ingat, ini adalah nilai rata rata dengan jenis parameter.
Untuk mendapatkan data ini, tentunya kita membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Kita harus melakukan pendataan dengan alat pengukur tinggi badan kepada 30 siswa tersebut.
Sedangkan, bila kita menggunakan sampel, tentunya bisa menghasilkan data dengan waktu yang relatif lebih cepat. Anggaplah, kita menggunakan metode penarikan sampel tertentu, didapatlah 10 sampel siswa dengan hasil perhitungan sebagai berikut.
Lihat? Dengan 10 sampel saja, kita sudah bisa menduga statistik rata-rata tinggi badan di kelas tersebut adalah 157.4.
Bila melihat selisih antara parameter dan statistik yang hanya berkisar 0.7 cm saja, tentunya hasil penelitian ini cukup valid untuk dipercaya. Adapun perbedaan ini merupakan hal yang wajar dalam penelitian. Ini adalah risiko dari penggunaan sampel itu sendiri.
Tapi, dengan memilih metode pengambilan sampel yang tepat, statistik dan parameter ini akan memiliki nilai yang semakin dekat dan bahkan (dalam beberapa kasus) nyaris sama
Mengapa Banyak Penelitian Menggunakan Sampel?
Ada beberapa alasan utama mengapa penelitian lebih cenderung menggunakan sampel dibandingkan populasi.
1. Ukuran populasi terlalu besar
Bila ukuran populasi terlalu besar, rasanya sangat sulit untuk melakukan penelitian. Dalam hal ini, penggunaan sampel akan jauh lebih efektif dan efisien untuk menghasilkan data yang dibutuhkan.
2. Efisiensi biaya
Dalam prosesnya, bisa jadi penggunaan populasi akan menimbulkan biaya yang sangat besar. Sebagai contoh, anggaplah kita ingin mendapatkan indikator kependudukan terbaru untuk tingkat nasional, provinsi dan kabupaten.
Bila menggunakan populasi, anda bisa membayangkan berapa biaya yang dibutuhkan untuk menjangkau seluruh penduduk di sebuah negara tersebut? Berapa puluh juta kuesioner yang harus digunakan bila untuk mendapatkan data seluruh penduduk?
3. Waktu yang lebih cepat
Anggaplah kita memiliki dana yang cukup untuk melakukan penelitian dengan objek populasi. Pertanyaan selanjutnya, berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pengumpulan hingga penyajian data tersebut?
Penelitian menggunakan sampel memungkinkan penyajian data dalam waktu yang relatif lebih cepat daripada populasi.
4. Sumber daya yang lebih efisien
Sumber daya yang dimaksud disini adalah hal-hal pendukung lain seperti peralatan teknologi informasi pengolah data. Untuk mengolah data populasi dengan jumlah jutaan, tentunya membutuhkan perangkat penyimpan data dan komputer dengan spesifikasi yang tinggi.
Hal ini akan jauh berbeda bila pendataan dilakukan dalam bentuk sampel.
5. Penelitian yang tidak mungkin menggunakan populasi
Dalam beberapa contoh penelitian, bisa jadi penggunaan populasi tidak dimungkinkan dan akan membahayakan objek dari populasi itu sendiri.
Sebagai contoh, apakah kita yakin bahwa warna darah manusia itu seluruhnya berwarna merah? Apakah kita yakin darah yang berada di kepala dan di kaki benar-benar berwarna merah?
Untuk memastikan hal tersebut, kita tidak perlu menyedot seluruh darah dan memeriksa hasilnya.
Cukup mengambil beberapa tetes di setiap bagian tubuh dan tentunya kita sudah bisa menarik kesimpulan dari hal tersebut.
Inilah yang dimaksud dengan penelitian yang tidak mungkin menggunakan populasi dikarenakan bisa mendatangkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Masih Perlukah Penelitian Dengan Objek Populasi?
Dengan berkembangnya ilmu statistika, semakin beragamnya ketersediaan sumber data, dan tuntutan untuk penyediaan data dalam waktu cepat, maka penyediaan data berbasis populasi tentunya menjadi hal yang semakin dihindari.
Selain membutuhkan biaya dan sumber daya yang besar, waktu penyediaan yang relatif lebih lama menjadi pertimbangan mengapa populasi bukan lagi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan data.
Namun, berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997, Indonesia sendiri masih melaksanakan 3 kali sensus dalam 10 tahun. Sensus tersebut adalah:
1. Sensus penduduk
Sensus penduduk merupakan pendataan penduduk secara lengkap untuk memenuhi ketersediaan data dasar kependudukan hingga tingkat satuan wilayah terkecil di Indonesia.
Seperti yang kita tahu, ketersediaan data hingga wilayah terkecil menjadi tantangan tersendiri bagi produsen data. Meningkatnya kebutuhan dan rasa ingin tahu masyarakat terhadap data membuat penyedia data harus mampu menyajikan data hingga tingkat wilayah terkecil, dan ini masih sulit diperoleh dengan objek populasi sampel.
Sensus penduduk memungkinkan sebuah negara untuk mendapatkan data dasar kependudukan dan berbagai parameter demografi hingga tingkat satuan wilayah terkecil dengan tingkat kesalahan yang sangat kecil.
Sensus Penduduk dilaksanakan setiap tahun yang berakhiran 0. Di tahun 2020 ini, ada 54 negara yang melaksanakan Sensus Penduduk di seluruh dunia.
2. Sensus Ekonomi
Sensus Ekonomi merupakan pendataan lengkap terhadap aktivitas ekonomi di seluruh wilayah tanpa terkecuali. Sensus ini dilaksanakan di setiap tahun yang berakhiran 6.
Dengan adanya Sensus Ekonomi, maka diharapkan akan tersedia data setiap aktivitas perekonomian di seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali.
3. Sensus Pertanian
Sensus Pertanian merupakan pendataan lengkap terhadap aktivitas pertanian di seluruh wilayah tanpa terkecuali.
Walaupun judulnya Sensus Pertanian, cakupan populasi pada pendataan ini mencakup peternakan dan perikanan.
Selain 3 buah sensus di atas, hingga tahun ini, terdapat Pendataan Potensi Desa yang mencakup seluruh desa yang ada di Indonesia. Sebenarnya, data ini juga tergolong sensus desa karena tidak ada desa yang terlewat cacah.
Metode Penarikan Sampel dari Populasi
Untuk menghasilkan sampel yang akurat, perlu dilakukan pengambalian sampel dengan metodologi yang tepat. Semakin tepat metode yang digunakan, statistik uji yang dihasilkan dari sampel akan semakin mendekati nilai kebenaran (parameter).
Metode penarikan sampel merupakan teknik statistik yang memungkinkan seorang peneliti untuk melakukan pemilihan sampel sehingga memungkinkan untuk dilakukan generalisasi.
Secara umum, terdapat 2 jenis metode penarikan sampel:
1. Probablity Sampling
Probability sampling merupakan metode panarikan sampel yang menerapkan prinsip bahwa setiap unit dalam populasi memiliki peluang (lebih dari nol) untuk terpilih sebagai sanpel dan peluang ini dapat ditentukan secara akurat.
Contoh penggunaan probability sampling adalah Simple Random Sampling, Systematic Sampling, Stratified Random Sampling, Cluster Sampling dan Multistage Sampling.
2. Non Probability Sampling
Non Probability Sampling merupakan metode penarikan sampel yang menerapkan prinsip bahwa terdapat elemen populasi yang tidak memiliki peluang terpilih, atau peluang terpilihnya tidak dapat ditentukan dengan akurat.
Contoh penggunaan Non Probablity Sampling Convenience Sampling (Dikenal juga dengan istilah Accidental Sampling atau Opportunity Sampling), Purposive Sampling, Quota Sampling, Haphazard Sampling, dan Snowball Sampling.
Dalam pemilihan sampel, kualitas kerangka sampel menjadi hal yang sangat penting untuk dijaga.
Kerangka sampel merupakan kumpulan dari seluruh populasi yang dijadikan sebagai dasar dari penarikan sampel. Kerangaka ini harus mencakup seluruh populasi target penelitian kita.
Kriteria kerangka sampel yang ideal untuk penelitian adalah kerangka sampel yang lengkap, akurat, dan terbaru.
Kombinasi pemilihan metode penarikan sampel yang tepat dengan kerangka sampel yang berkualitas akan memungkinkan hasil penelitian yang semakin mendekati kebenaran (parameter).
Penutup
Populasi merupakan keseluruhan unit atau objek yang akan kita teliti sedangkan sampel merupakan bagian dari keseluruhan unit atau objek yang akan kita teliti.
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti bisa memutuskan apakah akan menggunakan populasi atau sampel sebagai objek penelitian.
Populasi memungkinkan seorang peneliti menghasilkan data yang akurat bahkan tanpa bias. Namun, penggunaan sampel tentunya membutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang besar.
Dalam beberapa kasus, penelitian menggunakan populasi sangatlah tidak mungkin bahkan dilarang karena bisa mengancam keselamatan.
Penggunaan sampel hadir sebagai metode penelitian yang lebih akurat, cepat, dan presisi. Dengan meneliti sebagian unit dari populasi, seorang peneliti bisa mendapatkan kesimpulan yang valid atas sebuah populasi.
Sampel memungkinkan kita untuk mendapatkan hasil yang baik dengan sumber daya yang relatif terjangkau.
Populasi dan sampel memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam penelitian. Dengan memahami kelebihan dan kekurangannya, seorang peneliti tentunya akan lebih bijak dalam menentukan objek penelitiannya.
Hybrid government employee and internet marketing enthusiast. Blog ini berisi pengalaman-pengalaman saya dalam dunia birokrasi, statistik, internet marketing, bisnis online dan juga hal-hal menarik lainnya.