Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) atau yang dikenal sekarang dengan Politeknik Statistika merupakan salah satu perguruan tinggi kedinasan yang cukup favorit di kalangan pelajar.
Berdasarkan statistik pendaftar, jumlah peminat STIS selalu mencapai 3 besar nasional setiap tahunnya.
Hal ini wajar mengingat segala kelebihan yang ditawarkan oleh STIS. Tapi, sudah yakinkan anda memilih kampus ini sebagai jalan hidup anda?
Saya sering mengatakan bahwa memilih sekolah kedinasan sama saja dengan memilih pekerjaan. Hal ini karena setelah lulus anda akan langsung bekerja dan ditempatkan di satuan kerja instansi yang menaungi anda.
Karena itu, memahami kampus tujuan (dalam hal ini adalah STIS) sebelum memilihnya adalah hal yang wajib anda lakukan.
Apa itu STIS?
Sekolah Tinggi Ilmu Statisik (STIS) merupakan salah satu sekolah kedinasan yang berada di bawah naungan Badan Pusat Statistik (BPS). STIS merupakan salah satu perguruan tinggi kedinasan tertua yang ada di Indonesia.
STIS beralamat di Jakarta, tepatnya di Jalan Otto Iskandar Dinata nomor 64.c, Jakarta Timur.
Pada awal berdirinya, STIS berawal dari Akademi Ilmu Statistik (AIS) pada tanggal 11 Agustus 1958. Waktu itu, AIS menyelenggarakan pendidikan Diploma III dengan dukungan tenaga ahli dari PBB.
Saat awal berdirinya, mahasiswa AIS sangatlah sedikit. Hanya berkisar 10 hingga 30 orang. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah peminat AIS semakin bertambah.
Pada tahun 1997, AIS mengalami perubahan dengan mengubah sistem pendidikan yang sebelumnya hanya Diploma III menjadi Diploma IV. Dengan berubahnya program yang dijalankan, maka AIS juga berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS).
Pada tahun ini juga, STIS membuka jurusan yang baru selain statistika, yaitu komputasi statistik.
Pada tanggal 17 Oktober 2017, sesuai dengan arahan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, STIS resmi berganti nama menjadi Politeknik Statistika STIS.
Secara resmi, pada tanggal 28 Maret 2018, nama Politeknik Statistika STIS sudah resmi digunakan.
Saat ini, ada sekitar 2000an mahasiswa yang kuliah di Politeknik Statistika STIS. Jumlah ini hampir 2 kali lipat dari saat saya kuliah dulu yang hanya mencapai 1200an.
Jurusan kuliah di STIS
Secara umum, ada 2 program jurusan yang disediakan oleh STIS, yaitu:
1.Jurusan Statisika
Jurusan statistika merupakan jurusan yang fokus pada pembelajaran statistik dimana output dari jurusan ini adalah menghasilkan ahli statistik yang handal terutama pada bidang statistik pemerintahan.
Ada dua peminatan pada jurusan statistika, yaitu statistika ekonomi dan statistika kependudukan.
Statistika ekonomi merupakan peminatan statistik yang fokus kepada pembahasan penggunaan statistik pada berbagai model dan ilmu ekonomi.
Statistika kependudukan adalah peminatan statistik yang fokus kepada penggunaan statistik pada bidang kependudukan dan sosial.
2.Jurusan Komputasi Statistik
Jurusan komputasi statistik merupakan jurusan yang fokus pada pembahasan pemrograman dalam bidang statistik. Mahasiswa pada jurusan ini diharapkan akan menjadi ahli teknologi informasi yang handal dalam membuat program dan pengolahan berbagai data statistik.
Komputasi statistik merupakan jurusan yang sangat menarik di STIS. Bisa dikatakan, jurusan ini sangat cocok untuk mereka yang ternyata tidak menyukasi statistik dan ingin mempelajari hal lain.
Banyak sekali kawan-kawan saya yang memilih jurusan ini dan sekarang berkarya sebagai PNS dan juga programmer yang handal. Anda tertarik?
Berbicara jurusan, hanya itu yang bisa anda pilih jika tertarik dengan STIS.
Tetapi, ada 3 program pendidikan yang bisa anda pilih saat mendaftar di awal.
1.Program pendidikan Diploma IV Statistika
Program ini merupakan program pembelajaran selama 4 tahun dimana mahasiswa akan fokus belajar statistik. Pada program inilah terdapat peminatan ekonomi atau kependudukan.
Program ini hanya khusus untuk calon mahasiswa yang menempuh jurusan IPA sewaktu SMU.
Lulusan pada program ini akan menjadi CPNS dengan pangkat dan golongan III/a (penata muda).
2. Program pendidikan Diploma III Statistika
Sedikit berbeda dengan Diploma IV, program Diploma III merupakan program pembelajaran selama 3 tahun dimana mahasiswa akan fokus belajar statistik. Tidak ada peminatan apapun disini jadi mahasiswa hanya fokus kepada mata kuliah yang sudah disiapkan.
Program ini hanya khusus untuk calon mahasiswa yang menempuh jurusan IPA dan IPS sewaktu SMU dan hanya tersedia untuk beberapa provinsi.
Lulusan program ini akan menjadi CPNS golongan II/c (pengatur).
3. Program pendidikan Diploma IV Komputasi Statistik
Program ini merupakan program pembelajaran selama 4 tahun dan mahasiswa akan fokus kepada pembelajaran statistika dan teknologi informasi.
Program ini hanya khusus untuk calon mahasiswa yang menempuh jurusan IPA sewaktu SMU.
Lulusan program ini akan menjadi CPNS dengan golongan III/a (penata muda).
Benarkah ada tunjangan ikatan dinas?
Sebelum lebih jauh, ada baiknya kita bahas dulu apa itu tunjangan ikatan dinas.
Tunjangan ikatan dinas merupakan sejumlah kompensasi (bisa dalam bentuk barang ataupun uang) yang diberikan kepada mahasiswa ikatan dinas yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Nilai tunjangan ikatan dinas bervariasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Lalu pertanyaannya, benarkah mahasiswa STIS mendapatkan tunjangan ikatan dinas (TID)?
Mulai dari tahun 2019, tunjangan ikatan dinas sudah dihapuskan dari STIS sehingga setiap mahasiswa tidak menerima uang apapun dari kampus.
Saya kurang tahu apa penyebabnya, tetapi yang jelas peraturan ini sudah mulai berlaku sejak awal tahun 2019.
Jadi, sampai artikel ini ditulis, tidak ada lagi tunjangan ikatan dinas yang diterima oleh mahasiswa STIS.
Dulu, tunjangan ikatan dinas memang ada. Hingga akhir 2018, tunjangan ikatan dinas ini terus diberikan kepada setiap mahasiswa.
Saya sendiri mendapatkan Rp 850.000 setiap bulannya. Sangat lumayan untuk membantu biaya kuliah selama di Jakarta.
Sekarang? Pihak kampus sedang mengusahakan tunjangan ikatan dinas ini tetap ada agar bisa membantu kehidupan mahasiswa.
Tunggu saja kabar terbarunya ya!
Serba-serbi STIS yang wajib diketahui
Ada banyak fakta menarik tentang sekolah kedinasan yang belum banyak diketahui orang. Pada artikel ini, saya hanya berbagi apa yang ada pada STIS saja.
1.Kuliah gratis
Iya, kuliah di STIS itu gratis. Tidak ada satu rupiah pun biaya yang dibebankan kepada mahasiswa selama proses pembelajaran. Seluruh biaya perkuliahan ditanggung penuh oleh negara.
Bahkan, ketika melaksanakan Praktik Kuliah Lapangan di luar provinsi sekalipun (waktu itu saya PKL di Semarang), tidak ada biaya yang dikeluarkan. Semua biaya dari persiapan, pemberangkatan, akomodasi, bahkan uang saku juga ditanggung oleh negara.
Asik bukan?
Selama saya kuliah, saya hanya melakukan sekali pembayaran kepada pihak kampus. Pada saat daftar ulang, ada biaya Rp 2.500.000 (nilai ini bisa berubah) yang diminta oleh STIS dan wajib dibayar.
Biaya ini digunakan oleh kampus untuk pembelian seragam, dan juga pelaksanaan ospek kampus yang tidak bisa ditanggung oleh negara.
2. Langsung jadi CPNS
Sudah tidak diragukan lagi, daya tarik STIS yang utama adalah lulusannya yang langsung menjadi CPNS setelah lulus kuliah. Dari dulu hingga sekarang, setahu saya semua lulusan STIS selalu diangkat menjadi CPNS di Badan Pusat Statistik (BPS).
Bahkan, beberapa lulusan sekarang sudah ditempatkan di luar Badan Pusat Statistik. Tentu ini kabar baik bagi yang tidak ingin berkarir di BPS.
3. Menggunakan seragam
Suka atau tidak, anda harus ikhlas menggunakan seragam di STIS. Seragam ini menunjukkan identitas bahwa anda adalah seorang mahasiswa yang disekolahkan oleh pemerintah.
Konsekuensi lain yang harus anda terima adalah anda harus selalu berpenampilan rapi. Tidak boleh gondrong atau berjenggot di kampus ini.
Anda juga tidak bisa bergaya layaknya mahasiswa pada umumnya. Tapi, menggunakan seragam dan berpenampilan rapi juga tergolong gaya bukan?
4. Tidak ada asrama
STIS tidak menyediakan asrama atau mess. Anda bebas untuk memilih lokasi tempat tinggal anda. Di sekitar kampus, banyak kos-kosan berbagai tipe yang bisa anda pilih sesuai dengan keinginan dan keuangan.
Tidak usah khawatir, harga kost di sekitar kampus menurut saya masih bersahabat untuk kantong mahasiswa.
5. Kuliah dengan sistem paket
Bila di kampus lain kuliah dengan sistem SKS (sistem kredit semester) yang memberikan keleluasaan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah, hal ini tidak berlaku di STIS.
Di sini, anda kuliah dengan sistem paket yang sudah disiapkan oleh kampus. Tidak ada pilih-pilih mata kuliah di STIS. Anda wajib mengikuti semua mata kuliah yang sudah disiapkan.
Saya masih ingat, di setiap awal semester, teman-teman saya di kampus lain selalu sibuk dengan pemilihan mata kuliah ini. Mereka sibuk mengisi portal mahasiswa yang mewajibkan pemilihan studi sebelum semester dimulai.
Sedangkan saya? Cukup menanti jadwal kuliah saja yang di unduh di portal mahasiswa dan datang duduk manis di kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Tentu ada plus minus dengan sistem ini. Kelebihannya, saya tidak perlu repot-repot memikirkan mata kuliah apa yang akan saya ambil pada tiap semesternya. Cukup mengikuti kurikulum yang sudah disediakan.
Kekurangannya? Mau tidak mau saya harus berhadapan dengan mata kuliah yang sama sekali tidak saya sukai.
6. Ada sistem Drop Out
Anda tidak bisa bermain-main saat memilih sekolah kedinasan. Di kampus ini, anda dituntut untuk serius dalam menjalani perkuliahan.
Di STIS, ada sistem Drop Out (DO) yang diterapkan. Jika nilai anda tidak mencapai kriteria minimum, tentu ada konsekuensinya.
Di tahun pertama kuliah, tepatnya di semester 1 dan 2, ada sistem DO secara langsung bagi mahasiswa yang nilainya tidak mencapai batas tertentu.
Seingat saya, di STIS terdapat mata kuliah inti dan bukan mata kuliah inti. Jadi, untuk mata kuliah inti, nilai minimum yang wajib dicapai adalah C. Sedangkan yang bukan mata kuliah inti, nilai minimumnya adalah D.
Bila di semester 1 dan 2 anda mendapatkan nilai D atau E pada mata kuliah inti, maka anda otomatis di Drop Out. Tetapi, bila anda sudah berada pada semester 3 dan seterusnya, anda diizinkan tinggal kelas sebanyak 1 kali. Setelah tinggal kelas sekali dan anda masih tinggal kelas, anda otomatis akan di DO.
Tenang saja, DO tidak mewajibkan anda membayar ganti rugi atas biaya pendidikan yang sudah negara keluarkan untuk anda. Terkecuali, anda memilih keluar dengan keinginan sendiri atau sengaja keluar dari kampus.
7. Tidak menerapkan sistem militer/semi militer
Meskipun menggunakan seragam, tidak ada satupun mata kuliah yang mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan latihan militer atau semi militer. Saya kurang tahu kenapa alasannya, tetapi yang jelas hal ini tidak pernah dilaksanakan hingga saat ini.
Jadi, anda tidak perlu khawatir akan melalui latihan yang memerlukan kekuatan dan ketangkasan fisik yang kuat.
Semua mata kuliah berjalan seperti biasa saja layaknya kampus pada umumnya.
8. Tidak ada sistem senioritas
Anda tidak perlu khawatir dengan adanya sistem senioritas di STIS. Tidak ada model senior junior di sini. Yang ada hanyalah mahasiswa yang saling membimbing satu sama lain.
Semua mahasiswa mendapatkan hak dan kewajiban yang sama. Yang lebih muda wajib menghargai yang tua dan yang lebih tua wajib membimbing dan membantu adik kelasnya.
Dan yang perlu anda tahu, sistem kekeluargaan di STIS sangatlah kuat.
Kakak kelas sangatlah baik hati membantu adik-adik yang mungkin kesulitan saat menjalani perkuliahan, baik itu dari sisi akademis maupun non akademis. Begitu juga dengan teman seangkatan yang saling bantu bila menghadapi permasalahan.
Ini adalah hal yang langka yang belum tentu anda temukan di kampus lain.
9. Ada banyak ekstrakurikuler yang bisa dipilih
Anda tidak hanya sekadar belajar dan lulus di STIS. Ada banyak pilihan kegiatan kampus yang bisa anda ikuti untuk mengembangkan diri. Ada banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sebagai bentuk pengembangan diri dan bakat dari mahasiswa.
Ada UKM kesenian, olahraga, penelitian, dan juga kerohanian. Anda bisa memilih mengikuti UKM ini sesuai dengan minat masing-masing.
Berapa Gaji Lulusan STIS?
Oke, mari kita bahas berapa pendapatan anda sebagai lulusan STIS nantinya. Di sini, saya hanya bahas komponen gaji PNS, tunjangan kinerja, dan uang makan.
Penghasilan lain memang ada tetapi bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi APBN!
Tiga komponen ini akan rutin anda terima (meskipun tunjangan kinerja tidak selalu 100 persen bisa diterima).
Berikut saya sampaikan detailnya dengan kondisi pegawai BPS per tahun 2020!
I. Gaji lulusan STIS Diploma IV (Golongan III/a)
Gaji Pokok : 2.579.400
Tunjangan kinerja : 3.915.950
Uang makan (asumsi 22 hari kerja dalam 1 bulan @Rp 37.000) : 814.000
Total pendapatan: Rp. 7.335.450
2. Gaji lulusan STIS lulusan Diploma III (Golongan II/c)
Gaji Pokok: 2.301.800
Tunjangan kinerja: 3.915.950
Uang makan: (asumsi 22 hari kerja dalam 1 bulan @Rp 35.000) : 770.000
Total pendapatan: Rp. 6.986.850
Catatan:
1. Nilai penerimaan tunjangan kinerja bisa saja kurang dari angka yang saya sebutkan sesuai dengan kinerja anda di bulan tersebut.
2. Bila anda baru lulus STIS, anda hanya berhak mendapatkan 80 persen gaji dan tunjangan kinerja karena masih berstatus sebagai CPNS. Anda akan mendapat hak 100 persen setelah anda resmi diangkat sebagai PNS.
Anda merasa angka tersebut sudah cukup atau belum? Saya kembalikan ke diri anda masing-masing.
Bagi saya, angka tersebut sudah tergolong “sultan” untuk orang yang gaya hidup sederhana.
Pikirkan baik-baik sebelum masuk STIS
Jarang-jarang ada yang mengungkap sisi ini. Dari banyak artikel yang beredar, hanya fokus membahas bagaimana tips agar lulus di perguruan tinggi kedinasan.
Jarang yang membahas dampak yang mungkin dirasa kurang menyenangkan setelah lulus.
Untuk anda yang sudah mampir di artikel ini, akan saya beritahu hal yang sangat penting ini tapi jarang dibicarakan.
Lulusan STIS akan ditempatkan di seluruh wilayah tugas BPS yang mencakup hingga kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Ini adalah konsekuensi dari perjanjian ikatan dinas yang harus anda setujui saat proses registrasi nantinya.
Menyetujui siap ditempatkan di mana saja memang mudah, tetapi melaksanakannya sangat sulit.
Semakin ke sini, pola penempatan mahasiswa STIS lebih diarahkan ke Indonesia Bagian Tengah dan Timur sehingga kemungkinan banyak mahasiswa baru yang akan bekerja disini.
Tidak peduli darimanapun anda berasal, anda harus siap dengan segala kemungkinan terburuk.
Pertanyaan saya, sanggupkah anda bekerja di wilayah yang sama sekali jauh berbeda dengan kondisi yang biasa anda hadapi? Mampukah anda hidup bertahun-tahun di wilayah yang minim fasilitas tanpa tahu kapan anda bisa mutasi?
Seringkali saya menemukan lulusan STIS yang mengeluh tentang kondisi penempatan. Baik itu anak yang baru lulus ataupun sudah bertahun-tahun bekerja sekalipun. Saya pun terkadang demikian.
Tidak mudah untuk menerima kenyataan bahwa anda yang dulunya tinggal di daerah yang (menurut anda) cukup ramai, kuliah di ibukota, lalu harus menerima penempatan CPNS di tengah hutan wilayah yang jauh dari peradaban dengan kondisi yang serba sulit.
Anda harus siap dengan kondisi ini. Apapun risikonya! Tidak ada kata mundur setelah anda lulus kuliah, kecuali anda bersedia resign dan membayar sejumlah uang ganti rugi.
Sudah banyak pegawai yang mengeluh dengan penempatan ini. Bukan sistemnya yang salah menurut saya. Mental dari pegawai sendiri yang memang belum siap dengan kondisi ini.
Ditempatkan di tengah hutan tanpa ada kepastian mutasi dan penghasilan yang pas-pasan, apa anda sudah siap?
Karena itu, pikirkan baik-baik sebelum mendaftar. Jangan sampai anda menjadi bagian dari orang-orang yang menyesali keputusan ini nantinya.
Tanya Jawab STIS
Baik, saya akan membuat beberapa jawaban dari pertanyaan yang paling sering ditanyakan kepada saya baik secara langsung, ataupun via daring terkait STIS. Beberapa pertanyaan ini mungkin bisa anda temukan jawabann di atas. Tetapi, karena masih banyak yang bertanya, saya akan tegaskan ulang di sini.
1. Apakah STIS masih menerima tunjangan ikatan dinas?
Saat ini, tunjangan ikatan dinas sudah ditiadakan.
2. Apakah STIS memiliki asrama?
Tidak ada
3. Apakah buta warna boleh di STIS?
Tidak boleh
4. Berapa kira-kira biaya hidup sebagai mahasiswa STIS?
Kalau saya, dulu 1,5 jt per bulan sudah cukup, ini sudah termasuk biaya kost. Bagi orang lain, nilai bisa jadi lebih, bisa jadi kurang.
5. Apakah pendaftaran STIS mempertimbangkan tinggi dan berat badan?
Tidak
6. Apakah lulusan STIS pasti menjadi PNS? Mengingat tidak semua sekolah kedinasan yang mewajibkan ikatan dinas.
Iya, sampai saat ini, seluruh lulusan STIS diangkat sebagai PNS baik di BPS atau institusi lain.
7. Apakah lulusan STIS ditempatkan kembali ke kampung halaman?
Belum tentu. Faktanya, lulusan STIS lebih banyak ditempatkan di luar kampung halaman, bahkan di ujung timur Indonesia sekalipun.
8. Apakah lulusan STIS bisa melanjutkan kuliah kembali setelah lulus?
Sangat bisa. BPS termasuk lembaga yang sangat mendukung pegawainya dalam melanjutkan studi.
Saat saya menulis ini, banyak rekan satu angkatan saya yang sedang mengambil studi magister baik dalam maupun luar negeri.
Melanjutkan studi S2 di BPS seperti sudah kewajiban. Anda akan merasa jauh tertinggal bila tidak melanjutkan studi
BPS juga menyediakan beasiswa khusus untuk pegawainya. Anda juga bisa mencari beasiswa sendiri di luar beasiswa yang ditawarkan oleh BPS.
Penutup
STIS adalah salah satu alternatif perguruan tinggi kedinasan yang sangat layak untuk anda jadikan jalan hidup. Biaya kuliah yang gratis dan kepastian pekerjaan setelah lulus membuatnya menjadi pilihan yang cukup menjanjikan.
Tentu saja, pastikan anda bersiap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi setelah anda lulus.
Saya berharap, tidak ada lagi lulusan kampus ini yang lulus dan mengeluh karena kondisi pekerjaan. Harusnya, hal ini sudah dipersiapkan dari awal sehingga tidak ada yang kaget dengan situasi yang akan terjadi di masa depan nantinya.
Selamat memutuskan!
Hybrid government employee and internet marketing enthusiast. Blog ini berisi pengalaman-pengalaman saya dalam dunia birokrasi, statistik, internet marketing, bisnis online dan juga hal-hal menarik lainnya.