Tentang Darah Biru dan Kesungguhan

“Beginilah nasib kita sebagai GP bukan darah biru” tulis salah seorang teman sejawat istriku yang merupakan lulusan fakultas kedokteran ternama di Indonesia.

Malam ini, istriku sibuk bercerita dengan teman sesama dokter yang notabene adalah seorang seniornya. Mereka bercerita via whatsapp tentang perjalanan karir seorang dokter umum yang terlahir dari orang tua bukan dokter dan berstatus ekonomi biasa saja.

Aku bisa merasakan bahwa istriku dan temannya ini memiliki kesamaan. Ya, sama-sama merasa kurang beruntung dengan kondisi yang sedang mereka hadapi.

Di usia yang sudah memasuki kepala tiga, status masih bertahan sebagai seorang dokter umum atau yang lebih beken disebut dengan General Practicioner (GP).

Dari cerita istriku, aku menangkap kesimpulan bahwa menjadi seorang GP bukanlah karir yang menjanjikan di Indonesia.

Bayaran yang tidak seberapa, tanggungjawab yang berat, belum lagi menghadapi tuntutan dan niyiyiran pasien yang paling anti keluar duit tapi paling banyak maunya.

Kalau mau sejahtera, jadilah seorang GP berstatus PNS. Tentunya, jumlah ini sangatlah terbatas di Indonesia.

Terlebih dengan mulai berubahnya nakes yang dulunya direkrut sebagai PNS, sekarang lebih fokus pada PPPK.

Sejauh saya bertanya kepada rekan-rekan saya yang dokter, minat dokter untuk menjadi PPPK sangat rendah.  Ini dikarenakan PPPK belum memiliki regulasi yang solid terkait studi lanjut.

Banyak dari dokter yang ingin lanjut studi spesialis karena memang itulah yang menjadi cita-cita mereka sejak awal.

Sayangnya, untuk studi lanjut menjadi dokter spesialis ini lika-likunya memang tidak bisa disamakan dengan studi magister atau bahkan doktoral sekalipun.

Teman sejawat istri pun menyinggung terkait dengan status darah biru yang menurutnya menjadi salah satu faktor kesuksesan seorang dokter.

Darah biru di sini adalah dokter-dokter yang memang memiliki garis keturunan dokter terutama ayah dan ibu mereka.

Saya tidak bisa berkomentar banyak tentang darah biru ini karena tidak terlalu memahami. Sepertinya, dokter darah biru akan memiliki relasi yang luas dari mereka yang bukan darah biru.

Sepertinya begitu!

Yang saya pahami, kami hanya harus berusaha keras, dan hasilnya serahkan pada Allah.

Hari ini juga, istri sudah menyusun rencana untuk sekolah anak kami, bimbel TOEFL, serta bimbel TKA Unpad.

Dua jenis tes ini adalah bagian dari penilaian seleksi Program Pendidikan Dokter Spesialis yang berada di bawah kendali mahasiswa itu sendiri.

Istri akan mencoba meningkatkan poin ini untuk mendongkrak nilai pada periode berikutnya.

Kota Bandung ini benar-benar memiliki tempat sendiri dalam sejarah kehidupan kami.

Man Jaddwa Wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil!

– Imam Syafii

Kami mempercayai kalimat ini sampai kapanpun!