Baru-baru ini, instansi saya diributkan oleh perbuatan seorang pegawai baru yang menunjukkan kekesalan dan kekecewaannya dengan cara yang (menurut banyak orang) tidak sopan.
Hal ini menarik perhatian dan memicu amarah dari rekan sejawat terutama pegawai yang lebih senior.
Bagaimana mungkin seorang anak yang baru ditempatkan sekitar 2 minggu dengan mudahnya menghina dan merendahkan instansi tempat ia bernaung?
Saya sendiri sebenarnya cukup maklum dengan hal ini. Saya pun memiliki kekecewaan terhadap beberapa hal di Instansi ini.
Tapi bukan berarti, ini menjadi alasan bagi saya untuk berkata kasar dan menjatuhkan harkat dan martabat instansi ini di depan umum, apalagi di media sosial. Sungguh ini adalah hal yang paling saya hindari.
Berdasarkan survei dari Gallup, 85 persen pekerja merasa tidak puas dan membenci pekerjaannya. Forbes juga merilis bahwa 90 persen pekerja di dunia mengalami stress disebabkan oleh faktor pekerjaan.
Jadi, bila anda memang tidak menyukai pekerjaan anda dan merasa stress dengan lingkungan kerja, anda tidak sendirian.
Konsekuensi bekerja dan menjadi CPNS
Semakin lama saya mengabdi, saya menyadari bahwa bekerja adalah pilihan bagi setiap orang. Bekerja adalah pilihan, bukan kewajiban. Setiap orang berhak memutuskan bagaimana dirinya akan menjalani hidup.
Entah bekerja sebagai pegawai, menjadi pebisnis, menjadi investor, minta duit dari orang tua, mencari pacar yang kaya lalu numpang hidup, semuanya bebas. You have the right to decide your own destiny! (Halah, sesekali sok inggris!)
Karena bekerja adalah pilihan, maka setiap kita bertanggung jawab atas pilihan tersebut.
Ketika memilih menjadi pekerja di sebuah institusi, maka dengan segala kelebihan dan kekurangan, kita harus terpaksa menerima apapun sebagai konsekuensinya, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Entah itu menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
Begitupun dengan menjadi CPNS, ada konsekuensi yang harus ikhlas dijalani. Benar, di satu sisi, pemerintah memberi perhatian lebih terhadap CPNS terutama dari sisi kesejahteraan.
Di sisi lain, ada banyak kebijakan yang suka tidak suka harus dijalani. Salah satunya, adalah resiko penempatan di seluruh wilayah satuan kerja, termasuk di pelosok Indonesia.
Tidak ada yang memaksa kita menjadi CPNS. Pemerintah pun selalu menjelaskan syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi termasuk risiko penempatan di awal pendaftaran.
Bahkan, banyak Instansi yang meminta pernyataan tertulis bermaterai bagi setiap pegawai sebagai pernyataan resmi agar siap ditempatkan dimana saja.
Dengan adanya tahapan ini, diharapkan tidak ada lagi orang-orang yang kecewa terhadap Surat Keputusan yang keluar nantinya.
Tapi ya namanya manusia, ketidakpuasan pasti saja ada. Akan selalu ada orang-orang yang tidak menerima apa-apa yang sudah menjadi kewajibannya (termasuk saya).
Padahal, dia sendiri sadar bahwa dialah yang mengambil keputusan untuk menjadi seorang CPNS. Daftar sendiri, ujian sendiri, urus semua sendiri, dan akhirnya kecewa dengan hasil akhir yang harus diterima.
Kenapa instansimu terasa tidak menyenangkan?
Ada banyak hal yang membuat seseorang kecewa dengan instansi tempat ia bekerja. Berdasarkan pandangan saya, setidaknya ada 3 faktor umum menyebabkan hal ini.
-
Kondisi diri yang tidak siap
Bekerja itu akan membuat hidup anda berubah 180 derajat. Yang dahulunya santai, jadi harus kerja keras. Yang dulunya bebas, sekarang harus mengikuti perintah atasan.
Menurut saya, inilah sumber kekecewaan yang paling besar. Banyak dari kita yang tidak siap dengan dunia kerja yang ternyata jauh berbeda dengan yang pernah kita bayangkan.
Tidak siap dengan ritme hidup sebagai pegawai. Tidak siap menerima gaji yang ternyata tidak kunjung naik.
Tidak siap dengan aturan yang memungkinkan kita bekerja di tempat yang tidak diinginkan. Tidak siap dengan beban kerja yang ternyata berlebih.
Dan segala ketidaksiapan ini bisa saja akan terakumulasi menjadi sebuah kekecewaan.
-
Kondisi kantor yang serba tidak ideal
Seringnya Terkadang, bekerja di kantor yang kita harapkan tidaklah seindah membaca kata-kata motivasi. Ada banyak hal yang ternyata tidak bisa diterima tetapi harus ditaati.
Aturan yang dilanggar dengan seenaknya, hak yang tidak tidak diberikan, pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian, tahapan birokrasi yang begitu rumit, prinsip hidup yang tidak sejalan dengan kenyataan di kantor, dan hal lain yang membuat kita sulit untuk beradaptasi.
Belum lagi bila mendapatkan kondisi lingkungan yang jauh dari harapan. Bisa saja, kita sudah siap dengan segala konsekuensi sebagai pekerja.
Tapi ternyata, kantor sendiri memberi perlakuan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Bersiaplah untuk segala kemungkinan terburuk.
-
Rekan kerja yang menyebalkan
Ini juga hal yang memengaruhi kenyamanan dalam bekerja. Rekan kerja yang menyenangkan akan membuat anda betah untuk bekerja di sebuah institusi.
Banyak sekali teman saya yang tidak menyukai kantornya tetapi tetap bertahan karena merasa betah memiliki rekan kerja yang menyenangkan.
Sebaliknya, mereka yang mendapatkan rekan kerja menyebalkan akan merasa seperti berada dalam lingkungan yang toxic. Setiap hari diisi dengan hal yang tidak produktif.
Cari muka di depan atasan lebih penting daripada kualitas pekerjaan. Lebih banyak membicarakan orang daripada ide.
Curhat keluhan dianggap lebih penting daripada membahas ide dan inovasi. Rekan kerja seperti ini secara tidak langsung akan meracuni sekitar dan membunuh kantor tersebut secara tidak langsung.
Mungkin ada banyak alasan kenapa seseorang tidak menyukai tempat dimana ia bekerja.
Tapi secara umum, tiga hal ini terlihat paling berpengaruh dalam kehidupan seseorang, terutama dalam dunia birokrasi.
Tidak ada instansi yang sempurna, semua memiliki kekurangan yang harus dimaklumi
Ada 4,3 juta Pegawai Negeri Sipil di Indonesia yang tersebar di Kementerian/Lembaga, Provinsi, dan Kab/Kota. Mengelola pegawai dengan jumlah yang besar dan berbagai tingkatan wewenang ini bukanlah hal yang mudah.
Dulu, saya selalu menganggap Instansi tempat saya bekerja sebagai sebuah kantor yang sempurna. Nyaris tidak ada berita buruk yang terdengar.
Tapi kenyatannya? Tetap saja ada hal-hal yang harus dimaklumi.
Disitulah peran kita sebagai pegawai untuk menambal dan memperbaiki lubang yang bocor tersebut.
Itulah kenapa rekrutmen CPNS dilaksanakan.
Ada harapan baru yang dititipkan oleh para pemimpin dan pendahulu agar generasi yang baru mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Ada doa yang mereka selipkan agar setiap pegawai yang baru bekerja memberikan inovasi dan kontribusi bagi negara ini, bukan untuk memperkeruh kondisi birokrasi.
Bila kantormu terasa tidak menyenangkan, tidak mampu memenuhi harapanmu, jauh tertinggal dibandingkan instansi lain, maka gunakanlah ilmu maklum.
Maklum saja, budaya warisan yang dulu masih belum berubah. Maklum saja, kebiasaan yang digunakan sudah tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang. Maklum saja, kantor ini sudah tertinggal jauh dari kemajuan zaman.
Kamu tidak bisa serta merta menuntut kantormu untuk berubah. Prosesnya begitu berat.
Maka tugasmu adalah menjadi seseorang yang mampu membawa kebaikan di dalam kantor tersebut. Tidak perlu dengan berbuat sesuatu yang besar.
Cukup dengan hal kecil dan sederhana namun bisa menjadi contoh bagi banyak orang. Misalkan saja, disiplin dengan aturan, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, bekerja sesuai dengan prosedur, aktif memberikan inovasi, efisien dalam pengeloan keuangan, dll.
Semoga kelak dirimu menjadi contoh bagi rekan yang lain.
Tapi, bila anda memang muak dengan kondisi kantor yang tidak menyenangkan, ya selesaikan saja tugas dan tanggung jawabmu sehari-hari.
Tidak perlu berpikir perubahan, inovasi, dan semacamnya. Tidak perlu terlibat langsung dalam pengambilan kebijakan. Bekerjalah sebaik mungkin, lalu silakan langsung pulang setelah jam kantor.
Bila tidak mungkin membuat lingkunganmu menjadi baik, paling tidak janganlah semakin memperburuk kondisi yang ada. Gunakan saja ilmu maklum tadi!
Jangan meludah di sumurmu sendiri – Jamil Azzaini
Kutipan di atas adalah sebuah tweet dari Pak Jamil Azzaini. Beliau seorang motivator yang fokus dalam bidang pengembangan diri.
Saya membaca tweet ini bertahun-tahun yang lalu dan saya tidak pernah melupakannya hingga hari ini.
Jangan pernah menyumpahi, mengolok-ngolok, ataupun menghina tempatmu bekerja bila kamu masih menikmati uang dan fasilitas yang diberikan oleh kantormu.
Bisa anda bayangkan bagaimana seseorang yang minum dari sebuah sumur tetapi dia meludahi sumur tersebut sebelum mengambil air? Begitulah perumpamaannya.
Instansimu mungkin masih jauh dari kata sempurna. Tapi ingatlah, ia telah menjadikanmu sebaik-baik pribadi saat ini. Ia membantumu untuk hidup mandiri, mengumpulkan modal nikah, membiayai adikmu sekolah, memberikanmu kesempatan untuk mengunjungi tempat baru, dan banyak hal baik lain yang kita terima tanpa disadari.
Bila memang tidak bisa mengendalikan diri karena sangat sulit untuk menerima kenyataan dan kekecewaan yang begitu dalam, maka diam adalah pilihan terbaik. Diam saja, tidak perlu banyak bicara.
Selagi dirimu masih makan, minum, dan menikmati gaji dari kantormu, maka jagalah nama baik kantormu, setidaknya di hadapan publik.
Menyampaikan keluhan dengan cara yang baik (menurut saya)
Jangan meludah di sumur sendiri bukan berarti dilarang memberikan kritik atau menyampaikan kekecewaan. Bagi saya, menyampaikan kekecewaan adalah hal yang lumrah.
Kritik dan masukan dari pegawai merupakan hal yang sangat berarti bagi pengembangan organisasi.
Siapapun berhak menyampaikan kritik dan komentar. Hanya, satu hal yang menurut saya haram dilakukan, yaitu mengumpat atau mengumbar tentang keburukan instansi di hadapan umum baik di dunia nyata ataupun di dunia maya.
Saya sebenarnya tidak peduli bagaimanapun cara seseorang menyampaikan kritik. Sah-sah saja bila ingin berkata kasar. Boleh saja anda menggunakan bahasa yang sifatnya sarkas dan menyindir.
Sifat setiap orang berbeda-beda dan terkadang hal seperti ini bisa menjadi refleksi bagi pimpinan instansi itu sendiri.
Saya lebih menghargai seseorang yang baku hantam atau adu mulut secara langsung di depan pimpinan daripada ribut-ribut tidak jelas di media sosial atau di hadapan publik.
Kalau anda bernyali besar, silakan datang langsung kepada ruangan pimpinan tinggi dan sampaikan keluhan anda. Dengan menggunakan bahasa kebun binatang pun juga boleh.
Tapi ingat, sampaikan secara langsung kepada orang yang memiliki wewenang dan bertanggungjawab untuk menerima kritik. Tidak perlu mencari perhatian di media sosial hanya karena anda tidak percaya diri untuk menyampaikan secara langsung.
Anda juga bisa menggunakan media seperti email, whatsapp, ataupun telepon secara langsung.
Setahu saya, setiap instansi juga menyediakan sistem pengaduan internal yang bernama whistleblowing. Ini juga bisa anda manfaatkan untuk menyampaikan keluhan.
Bila anda masih menikmati uang dari tempat anda bekerja, maka paling tidak jagalah harkat dan martabat instansi tersebut di depan orang lain, terutama kepada mereka yang bukan pegawai.
Masih merasa tidak betah dan sudah tidak nyaman dengan lingkungan kantormu? Ya silakan ambil keputusan sendiri.
Mengajukan mutasi ataupun berhenti resign dari PNS juga boleh. Anda berhak menentukan nasib anda sendiri tanpa perlu menjatuhkan tempat yang bisa dikatakan sebagai rumah kedua anda.
Penutup
Bila terus mencari keburukan kantormu, maka akan selalu ada saja dosa yang akan kamu temukan. Percayalah, tidak ada kantor yang benar-benar 100 persen ideal di dunia ini. Terlebih dalam dunia birokrasi.
Itulah mengapa salah satu poin dalam sumpah PNS adalah “Bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan”.
Bila kamu melihat temanmu bahagia di Instagram dengan kondisi kerjanya, itu karena saat itu dia sedang berbahagia. Tapi setelahnya? Bisa jadi ia lembur bagai kuda di hari pekan.
Terima saja! Bukankah kamu mendaftar sebagai CPNS dengan kesadaran sendiri? Seharusnya, kamu sudah tahu semua konsekuensi ini sebelum memutuskan menjadi CPNS.
Jik memang tidak mampu membawa perubahan, setidaknya jangan memperburuk apa yang sudah ada. Nikmati saja jalan hidupmu, ubahlah bila mampu, sampaikan secara langsung bila tak setuju!
Hybrid government employee and internet marketing enthusiast. Blog ini berisi pengalaman-pengalaman saya dalam dunia birokrasi, statistik, internet marketing, bisnis online dan juga hal-hal menarik lainnya.