Kaya dari menulis merupakan impian bagi banyak orang. Menulis adalah salah satu medium untuk menyampaikan banyak hal yang tidak pernah lekang oleh waktu.
Dengan menulis, anda bisa menyalurkan ilmu dan informasi apapun kepada orang lain tanpa batas. Anda juga mampu mengubah pemikiran, tindakan, bahkan pergerakan dunia hanya dengan menulis. Menakjubkan bukan ?
Menulis adalah kebutuhan dari setiap manusia. Tidak ada satupun orang yang bisa lari dari keinginan menulis.. Entah itu menulis diary, blog, jurnal, atau bahkan hanya sekedar caption Instagram. Rekan saya yang tergolong intorivert sekali pun terkadang sulit untuk menahan diri untuk tidak berkicau di twitter.
Satu hal yang cukup menarik untuk dibahas adalah berapa pendapatan seorang penulis ? Benarkah seorang penulis itu kaya raya ? Atau sederhananya, berapa royalti yang dihasilkan dari sebuah buku ?
Saat pertama kali menceritakan topik ini kepada teman, dia pun langsung takjub dan mengatakan bahwa saya banyak uang karena royalti dari buku yang saya tulis. Jelas saya tertawa lepas dan meng-aminkan ucapannya haha.
Bagi anda yang menyukai dunia tulis menulis, atau sedang menyelesaikan naskah tulisan, atau atau benar-benar ingin menjadi penulis, maka ada baiknya baca artikel ini sampai habis ya !
Bila kau bukan anak raja dan juka bukan ulama besar, maka menulislah – Imam Alghazali
Sudah tahu berapa pendapatan penulis ?
Menjadikan penulis sebagai profesi bukanlah hal yang mudah. Tidak banyak orang yang berani menjadikan tulisan sebagai tempat mencari nafkah. Mungkin hal ini karena ketidakpastian dan sangat rendahnya apresiasi terhadap penulis.
Sekitar tahun 2012, saya pernah bertemu dengan Ustadz Felix Siauw dan berbincang-bincang dengan tema kepenulisan. Saat itu, buku beliau sedang hits di kalangan anak muda. Beliau bercerita bagaimana pandagannya tentang dunia literasi Indonesia. Dengan santai ia menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya profesi penulis di Indonesia. Di KTP pun, ia mengaku bahwa pekerjaannya adalah wiraswasta.
Karenanya jangan heran, tidak banyak penulis yang mau benar-benar terjun 100 persen di dunia kepenulisan dan menggantungkan hidupnya kepada hasil menulis. Tidak jarang kita temukan penulis juga berprofesi sebagai karyawan BUMN, penulis yang juga seorang pebisnis, atau juga penulis yang ternyata adalah seorang PNS.
Sebegitu kecilkah pendapatan dari menulis ?
Well, bicara kecil atau besar memang selalu relatif. Kecil bagi sebagian orang bisa jadi adalah cukup bagi banyak orang. Begitu juga sebailknya. Tidak ada ukuran pasti. Semua kembali kepada diri sendiri.
Tapi tentu sebagai seseorang yang profesional, semua harus ada hitungannya. Ada kalkulasi yang perlu dilakukan agar proses kepenulisan ini bisa terus berjalan tanpa pasang surut karena semangat yang kendor apalagi kebutuhan finansial yang terus meningkat.
Sebagai gambaran, rata-rata royalti penulis adalah 10 persen dari harga jual buku. Bisa lebih, bisa kurang, tergantung kesepakatan saja. Eitsss, itu tahun lalu lho ya. Mulai tahun 2017 (kalau saya tidak salah), royalti ini sudah turun menjadi 9 persen, dikarenakan ada pajak yang kembali dibebankan kepada penulis. Sadis gak tuh ? Hahaha !
Sebagai hitungan sederhana, berikut saya berikan ilustrasinya.
Anggaplah harga buku anda Rp 55.000,-. Asumsi royalti anda berdasarkan kontrak dengan penerbit adalah 10 persen. Artinya, setiap terjual 1 buku, maka anda akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5.500,-. Bila anda berhasil menjual 1000 pcs buku setiap bulan, maka anda akan mendapatkan royalti sebesar Rp. 5.500.000,-
Asyik ? Jelas dong kalau terjual 1000 pcs setiap bulan. Tapi apa iya kenyataannya seindah itu ? InsyaAllah indah kok, asalkan buku yang ditulis memang berkualitas.
Tapi bagaimana bila kenyataannya berbanding terbalik dengan harapan ?
Seorang rekan saya yang lebih dulu menerbitkan buku becerita bahwa bukunya baru laku pada kisaran 40 hingga 50 pcs. Itu total lho ya, bukan per bulan. Royaltinya ? Silakan hitung sendiri deh, saya ga tega ngitungnya.
Sudahlah menulis dengan cucuran keringat dingin, riset yang memakan waktu dan biaya, belum lagi rasa was-was bagaimana respon pembaca, tapi ternyata semua proses itu tak bisa menjamin hasilnya akan seseuai dengan harapan kita.
Begitulah realitanya dunia menulis. Butuh perjuangan lebih agar terus bertahan dan tidak tergerus oleh keadaan. Butuh kreatifitas yang terus diasah agar tulisan kita bisa terus diterima oleh pembaca. Dan butuh strategi khusus agar buku yang kita hasilkan terjual lebih banyak dan diterima banyak orang.
Semua orang juga mengalami kesulitan. Dan hanya yang sanggup bertahan dari kesulitanlah yang akan menang – Imaizumi Shunsuke pada anime Yowamushi Pedal
Menulis untuk jadi kaya atau bermanfaat?
Dilema ini saya pikir juga muncul dibenak semua penulis. Menulis untuk berbagi dan bermanfaat bagi orang banyak ? Atau hanya sekedar ingin mengejar royalti untuk bisa terus melanjutkan hidup ?
Bagaimana dengan anda sendiri ?
Jujur, saya bukanlah orang yang tepat untuk memberikan jawaban mana yang harus didahulukan antara dua pilihan ini.
Tapi bagi saya, niat utama dalam menulis adalah untuk menebar manfaat. Dengan begitu, anda sudah meletakkan pondasi yang kokoh dalam setiap karya yang dihasilkan. Bahwa kelak, buku yang terbit ini akan membawa kebaikan bagi setiap pembacanya. Setiap kata yang dibaca akan memberikan pencerahan bagi mereka yang membutuhkannya.
Lalu bagaimana dengan pendapatan yang dihasilkan dari menulis ?
Ini juga sama pentingnya. Saya merasa tidak mungkin akan terlahir karya yang bagus dari penulis yang kelaparan. Tidak mungkin seorang penulis akan fokus bila ia masih sibuk memikirkan berapa saldo yang tersisa di rekening. Bagaimana mungkin seorang penulis bisa menulis dengan tenang bila ia masih sibuk memikirkan apa yang akan dimakan keluarganya esok hari.
Jadi, niatkan dulu agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membaca. Barulah usahakan agar karyamu dikenal, dibaca, dan dibeli banyak orang yang ujung-ujungnya menambah pundi-pundi royalti. Karena kalau uang dikedepankan, bisa jadi kita akan menulis sesuai selera pasar tanpa berpikir dampak negatif apa yang akan terjadi bagi yang membaca.
Bagaimana caranya agar kaya dari menulis ?
- Tulislah Buku Yang Best Seller
Saya selalu berprinsip untuk selalu berbuat yang terbaik, baik itu dalam hal pekerjaan, bisnis, dan yang lainnya. Termasuk dalam menulis buku, maka tulislah buku sebagus mungkin, dengan mengerahkan seluruh tenaga dan sumber daya yang ada.
Jangan hanya sekedar rilis, pastikan best seller. Pastikan dibaca oleh banyak orang dan menghasilkan royalti yang besar sehingga akan menambah semangat untuk menulis.
Jangan cepat puas hanya dengan merilis buku. Pikirkan terus strategi apa yang bisa digunakan agar semakin banyak orang yang membeli bukumu.
- Bubble Income Dari Menulis
Ada pendapatan lain yang bisa dimanfaatkan sebagai efek dari rilisnya buku anda. Sebut saja, berjualan merchandise ikutan seperti kaos, jam dinding, tiket seminar atau bedah buku, dll. Manfaatkan pula kesempatan bubble income ini agar pendapatan anda tidak hanya terpaku dari hasil penjualan buku.
Salah seorang penulis best seller di Indonesia (maaf, males nyebut merek) mengakui bahwa income dari royalti menulis tidaklah seberapa. Tapi bubble income setelahnya terutama bedah buku dan seminarlah yang paling besar ia dapatkan. Ya jelaslah, diundang jadi pembicara tentu sudah ada honor dan uang jalan yang disediakan panitia. Tertarik ?
- Terbtikan secara self publishing
Metode ini sedang trend saat ini. Tapi sebenarnya, butuh perhitungan matang bila anda memilih jalur self publishing. Kalau anda percaya diri dan bisa melakukan kalkulasi yang matang, silakan saja.
Self publishing artinya anda menerbitkan dan mencetak buku sendiri, namun tidak dipasarkan di toko buku seperti distribusi pada umumnya. Anda membayar sekian rupiah untuk sekian pcs dan kemudian anda bisa menentukan jalur penjualannya sesuka hati. Bisa lewat reseller, atau juga menjual secara mandiri.
Keuntungannya ? Jelas anda bisa mengambil margin tanpa batas. Anda memotong jalur pemasaran dimana biasanya keuntungan terbesar adalah di toko buku, dan sekarang langsung masuk ke kantong anda dengan proporsi yang jauh lebih besar.
Seorang guru saya sudah melakukan ini semenjak tahun 2014. Kala itu, saya menjadi reseller bukunya. Setiap buku dijual dengan harga Rp 200.000,-. Keuntungan untuk reseller seperti saya adalah Ro 50.000,- untuk setiap buku terjual.
Untuk penulis ? Wallahu alam saya juga tidak tahu. Tapi anggaplah biaya cetak buku tersebut semahal-mahalnya adalah Rp 100.000, maka penulis sudah mengantongi keuntungan Rp 50.000 atau 25 persen dari harga jual buku. Asyik bukan ?
Bagaimana dengan saya sendiri ?
Rasanya kurang sip bila saya menulis hal seperti ini tapi belum merefleksikannya terhadap diri sendiri. Iya, saya bukanlah penulis best seller kok. Saya masih pemula yang harus terus rajin membaca dan berlatih agar bisa menghasilkan tulisan terbaik.
Tiba-tiba saja, saya terpikir untuk menuliskan hal ini. Mungkin karena 3 minggu yang lalu saya kaget saat mengecek buku rekening dan ternyata adalah royalti kedua dari buku pertama saya, Alhamdulillah. Biar tidak dikira hoax, saya lampirkan screenshotnya.
Bagaimana ? Bila anda jeli dan mau repot untuk menghitung, maka anda bisa menyelesaikan hitungan di atas kok. Bukan mau sombong, saya tahu itu belum ada apa-apanya. Tapi tentu saja, dengan keberanian menulis artikel ini, saya akan terus berusaha meningkatkan kapasitas diri agar mampu berkarya lebih baik di masa yang akan datang.
Penutup
Jadi, kaya dari menulis bukanlah sebuah kemustahilan. Bagi saya, seorang penulis wajib kaya agar ia bisa terus menghasilkan tulisan yang terbaik. Tentu itu semua tidak terlepas dari nilai manfaat yang ingin dibagi oleh penulis.
Kuncinya sederhana, teruslah tekun, konsisten, dan kreatif dalam berkarya. Biar Allah dan pembaca yang menentukan hasilnya.
Dan jangan lupa, teruslah menulis !
Hybrid government employee and internet marketing enthusiast. Blog ini berisi pengalaman-pengalaman saya dalam dunia birokrasi, statistik, internet marketing, bisnis online dan juga hal-hal menarik lainnya.